Sabtu, 20 Juni 2015

Penyakit Minamata, Tragedi di Teluk Minamata Jepang Akibat Merkury

Saat kita belajar matematika tentang penjumlahan maka satu di tambah satu sama dengan dua, tiga di tambah lima sama dengan delapan, begitu seterusnya. Di biologi juga berlaku penjumlahan apabila sebuah zat terakumulasi terus menerus di dalam tubuh manusia maka lama kelamaan akan semakin banyak. Sebuah kasus yang terjadi di Jepang hampir semua penduduk daerah itu mengalami suatu penyakit kelumpuhan syaraf yang sangat fatal yang diberi nama sengan penyakit minamata, berikut kisahnya
Penyakit minamata melumpuhkan syaraf
Teluk Minamata terletak di kota Minamata, Kumamoto Perfecture, Jepang. Tragedi ini tejadi pada tahun 1959, sektor perekonomian utama di Minamata adalah perikanan. pada saat itu laporan mengenai penyakit aneh di Minamata sangat banyak masuk pada pemerintah daerah Kumamoto, Pasien menderita Kejang-kejang, tidak bisa bicara dengan jelas, berjalan dengan terhuyung-huyung, lumpuh, koordinasi gerakan terganggu dan gangguan fungsi kerja system syaraf lainnya. Ketika diamati lingkungan sekitar, kucing juga menjadi gila, berjalan berputar-putar, terhuyung-huyung, bahkan diceritakan sampai ada yang melompat ke laut. Tidak hanya itu, juga burung camar dan gagak yang mati dan terlihat di sepanjang teluk Minamata.

Yang lebih parahnya adalah ketika anak-anak yang lahir dengan berbagai gejala, kelumpuhan, cacat, keterbelakangan mental, bahkan ada yang meninggal beberapa hari setalah lahir. Padahal orang tua sang bayi dalam keadaan sehat, tanpa menunjukkan gejala-gejala tertentu. Hal ini menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah lokal dan pusat. Apa penyebab terjadinya penyakit aneh ini.
Penyakit minamata

Para peneliti dari Universitas Kumamoto (Medical study group) dan Kementrian kesehatan dan kesejahteraan Jepang melaporkan bahwa pada teluk Minamata telah terjadi pencemaran methyl-mercury. Seluruh ikan dan hewan laut lainnya di teluk Minamata juga sudah tercemar, hal inilah penyebab utama penduduk mengalami gangguan pada system syaraf. Umumnya penduduk Minamata mengkonsumsi ikan rata-rata sebanyak 3 kg per harinya, sehingga hal ini menyebabkan bioakumlasi pada penderita. Penyebab pencemaran ini adalah pabrik besar yang bernama Chisso.

Pabrik Chisso

Chisso yang didirikan pada tahun 1908, merupakan pabrik yang memproduksi pupuk kimia untuk pertanian dan salah satu pabrik besar yang bergerak dalam bidang ini di Jepang. Perekonomian di Minamata menjadi kuat seiring dengan perkembangan dan besarnya jumlah produksi hasil indusri oleh Chisso.

Selain memproduksi pupuk kimia, Chisso juga memproduksi Asam asetat (Acetic acid), Vinyl Chloryde dan plasticizers. Dalam memproduksi asam asetat, Chisso menggunakan Methyl-mercury sebagai catalyst untuk membuat Acetaldehyde, Acetaldehyde inilah yang nantinya akan diubah menjadi asam asetat. Dengan sistem pengolahan limbah yang sangat buruk, Chisso membuang sampah Methyl-mercury ke teluk Minamata, hal inilah yang menjadi cikal bakal tragedy Minamata.

Tragedi Minamata

Tragedi minamata terjadi akibat penumpukan (Bioakumulasi) zat methyl-mercury pada tubuh manusia. Proses bioakumulasi terjadi karena zat methyl-mercury telah masuk ke dalam rantai makanan; laut yang telah tercemar menyebabkan plankton sebagai makanan ikan-ikan juga tercemar, kemudian zat methyl-mercury ini akan menumpuk dalam tubuh ikan, dan manusia sebagai puncak dalam rantai makanan akan memiliki kandungan zat methyl mercury terbanyak (Biomagnification).
kelumpuhan syaraf

Methyl-mercury dalam tubuh dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan gangguan pada system syaraf. Methyl-mercury akan menyerang sel-sel syaraf. Proses ini bisa dijelaskan secara umum sebagai berikut; sel syaraf yang terdiri dari Actin, Tubulin dan Neurofibril. Apabila bagian ini diserang oleh methyl-mercury maka bagian actin dan tubulin akan rusak dan menyusut, sehingga microfibril yang menyampaikan ransangan akan terbuka, sehingga terjadilah gangguan mekanisme pada system syaraf. Akibat dari terganggunya sel syaraf ini sangat fatal, dimana koordinasi otak dan anggota tubuh lainnya menjadi tidak sejalan, setiap informasi yang disampaikan oleh otak tidak akan pernah sampai secara utuh pada seluruh anggota tubuh. Hal ini dapat dilihat pada tragedy Minamata dimana penderita susah untuk berbicara, kelumpuhan, berjalan terhuyung-huyung, dan efek lainnya dari gangguan sysaraf.

Kurang lebih 17.000 orang dari Kumamoto Perfecture dan Kagoshima Perfecture yang melapor kepada pemerintah terkait dengan gejala dari Minamata Byō ini. Untuk total jumlah penderita secara keseluruhan tidak dapat dilakukan, karena banyak dari mereka yang merasa malu dan tidak melaporkan diri. Pemerintah Jepang dan Chisso memberikan kompensasi pada penderita Minamata Byō, berupa; terapy, perawatan rumah sakit, dan kompensasilainnya. Dari sekian banyak jumlah penderita Minamata Byō, banyak dari mereka yang meninggal selama masa perawatan, sebelum perawatan dan kondisi lainnya yang tidak dilaporkan.

After Tragedi

Setelah kejadian ini, dalam proses yang panjang, para korban yang terkena dampak mercury menuntut ke pemerintahan dan Chisso sebagai sumber dari pencemaran ini. akhirnya pemerintah dan Chisso menyediakan ganti rugi kepada para korban yang telah didata, dan dilakukan perawatan dan rehabilitasi yang dibiayai oleh pemerintah Jepang dan Chisso sendiri.

Pada tahun 1968, Chisso menghentikan produksi asam asetatnya, seiring dengan hal itu kadar mercury yang terkandung dalam tubuh ikan dan hewan invertebrata laut lainnya mulai berkurang. Untuk mengantisipasi ikan yang telah terkontaminasi mercury, pemerintah Jepang memasang jaring di teluk Minamata, supaya ikan-ikan dan hewan invertebrata air lainnya tidak tersebar jauh.

Karena ikan-ikan yang mengandung mercury membuat mata pencaharian para nelayan menjadi hilang. Hal ini diantaisipasi oleh pemerintah dan Chisso, semua ikan-ikan yang di dalam jaring di teluk Minamata ditangkap oleh para nelayan, selanjutnya ikan-ikan tersebut akan dibeli oleh Chisso untuk dimusnahkan.

Kandungan merkuri yang terdapat pada ikan-ikan dan invertebrata air telah berkurang, dan juga penangkapan ikan-ikan yang mengandung merkuri, selanjutnya bagaimana dengan sedimentasi merkuri pada dasar perairan. Pemerintah Daerah Kumamoto melakukan pengerukan di teluk Minamata.

Sejak saat kejadian tragedi minamata, para penduduk banyak mengambil pelajaran. Mereka tidak membuang sampah pada sembarang tempat, tapi mereka memilah-milah dan mengelompokkan sampah tersebut menjadi 20 kategori. Para korban dari Minamata byo, membagi pengalaman mereka kepada anak-anak dengan datang ke sekolah-sekolah sehingga generasi selanjutnya tahu dan bisa menjaga lingkungan dengan baik, supaya tragedi Minamata tidak terulang kembali.

Pada saat ini, teluk minamata sudah bersih dan bebas dari merkuri, seperti yang diinformasikan oleh pemerintah daerah Kumamoto, bahkan teluk Minamata merupakan teluk yang terbersih di prefecture Kumamoto. Area ini juga dijadikan sebagai Eco-tourism, yang mengjarkan kita bagaimana hidup sehat dan menjaga lingkungan sehingga kita dan anak cucu kita bisa hidup pada masa yang akan datang.

Advertiser